Giliran Kura-Kura dan Kepiting

Di tepi Sungai Serayu yang jernih, hiduplah Kura-Kura bernama Kura dan Kepiting bernama Piting. Mereka adalah sahabat karib. Setiap sore, mereka selalu bermain di tepi sungai, saling bercanda dan tertawa.

Suatu sore, Kura dan Piting ingin bermain ayunan dari akar pohon beringin yang besar. “Aku duluan, ya!” seru Kura-Kura, langsung melompat ke ayunan. Piting hanya bisa melihat dengan cemberut.

Piting merasa tidak adil. “Hei, Kura! Kenapa kamu duluan? Aku juga ingin bermain!” protes Piting.

Kura-Kura menjawab, “Aku lebih cepat darimu, jadi aku duluan.” Ia terus mengayun dengan gembira, tidak peduli dengan perasaan Piting.

Melihat sahabatnya murung, Ibu Kura yang bijaksana menghampiri. “Kura, kenapa kamu tidak memberi giliran pada Piting?” tanya Ibu Kura lembut.

Kura-Kura terdiam. Ia baru sadar bahwa ia telah bersikap tidak baik. “Maafkan aku, Piting. Aku tidak seharusnya seperti itu,” kata Kura dengan nada menyesal.

Piting tersenyum. “Tidak apa-apa, Kura. Tapi lain kali, kita harus bergantian, ya?”

Kura-Kura mengangguk setuju. “Tentu saja, Piting! Kita akan bermain bersama dan bergantian. Itu lebih menyenangkan!”

Sejak saat itu, Kura dan Piting selalu bermain dengan bergantian. Mereka belajar bahwa berbagi dan menghormati giliran adalah kunci untuk menjaga persahabatan. Mereka bermain dengan riang, saling membantu, dan selalu rukun. Sungai Serayu pun seakan ikut tersenyum melihat kebersamaan mereka.

Ibu Kura tersenyum bangga melihat kedua sahabatnya. Ia tahu, persahabatan yang dilandasi rasa hormat dan kebersamaan akan selalu indah.

Komentar