
Lala adalah seorang anak perempuan yang rambutnya selalu dikepang dua, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu, dan pikirannya tak pernah berhenti berpetualang. Baginya, awan bukan sekadar gumpalan uap air, tapi kapal terbang bajak laut atau naga raksasa yang sedang tidur. Bunga-bunga di taman bukan hanya tumbuhan, tapi para putri yang sedang menari. Ibunya sering tersenyum melihat Lala berbicara sendiri dengan bonekanya atau menggambar makhluk-makhluk lucu yang hanya ada di kepalanya.
Suatu sore yang cerah, saat Lala bosan bermain di halaman, ia memutuskan untuk menjelajahi loteng rumahnya. Loteng itu gelap, berdebu, dan penuh dengan barang-barang lama yang sudah tak terpakai. Di antara tumpukan kotak dan kain-kain usang, mata Lala menangkap sesuatu yang berkilau. Sebuah kotak kayu kecil, di dalamnya tersembunyi kacamata kuno dengan bingkai perak tipis dan lensa yang sedikit buram. "Wah, kacamata apa ini?" gumam Lala penasaran.
Lala membersihkan debu pada kacamata itu dengan ujung bajunya. Tanpa berpikir panjang, ia mengenakannya. Seketika, dunianya berubah! Ia menengok ke luar jendela loteng, ke arah taman belakang. Bunga-bunga mawar yang tadinya hanya diam, kini bergoyang pelan seolah menari balet. Kelopak-kelopak mereka membuka dan menutup perlahan, diiringi bisikan melodi yang sangat lembut, hanya Lala yang bisa mendengarnya. Lala tertawa kecil, "Wow!"
Ia berlari turun, bersemangat ingin mencoba kacamata itu di tempat lain. Di halaman, ia mendongak ke langit. Awan-awan putih yang tadi terlihat biasa, kini membentuk gajah yang sedang minum, lalu berubah menjadi kelinci yang melompat, dan seekor singa yang sedang menguap lucu. Lala terpekik senang. Tak lama, kucingnya, Miko, melintas. "Meong?" Miko mengeong. Tapi saat Lala melihat Miko melalui kacamata itu, ia mendengar bisikan, "Psst, Lala! Ada ikan di dapur!" Lala terbelalak. Kucingnya bisa bicara!
Sejak hari itu, kacamata ajaib itu menjadi harta karun Lala. Setiap pagi, ia mengenakannya untuk sarapan. Sereal di mangkuknya tampak seperti kolam renang mini untuk para peri sereal. Sendoknya kadang-kadang berbisik, memberitahu betapa nikmatnya makanan itu. Di sekolah, buku-buku pelajarannya seolah berkedip, menunjukkan gambar-gambar bergerak yang menjelaskan pelajaran dengan cara paling menyenangkan. Pohon-pohon di tepi jalan seperti melambaikan tangan kepadanya, dan batu-batu kecil di trotoar terlihat seperti wajah-wajah mungil yang tersenyum.
Lala menggunakan kacamatanya untuk menemukan keindahan dan petualangan kecil di setiap sudut dunianya. Ia sadar, dunia ini penuh keajaiban, jika saja kita mau melihatnya dengan mata yang berbeda, atau dalam kasusnya, dengan kacamata ajaib. Bahkan tanpa kacamata itu, Lala mulai melihat lebih jeli. Ia mulai membayangkan tarian bunga, bentuk awan, atau rahasia yang mungkin diceritakan Miko lewat mengeongnya.
Kacamata ajaib itu tidak hanya menunjukkan hal-hal yang tersembunyi, tapi juga membuka mata hati Lala. Ia belajar bahwa imajinasi adalah kekuatan paling hebat yang bisa membuat dunia biasa menjadi luar biasa. Setiap hari adalah petualangan, dan setiap sudut adalah tempat untuk menemukan kebahagiaan kecil. Lala kini tahu, keajaiban ada di mana-mana, menunggu untuk ditemukan oleh mereka yang berani melihatnya.
Komentar
Posting Komentar