Kiko adalah seorang anak yang paling suka menjelajah. Setiap hari sepulang sekolah, ia akan menghabiskan waktunya berkeliling taman belakang rumah, mencari capung di kolam kecil, atau mengamati semut yang berbaris rapi. Teman setianya adalah Ciki, kucing oranye dengan bulu lembut dan mata hijau yang selalu mengeong riang mengikuti Kiko ke mana pun ia pergi.
Suatu sore yang cerah, saat Kiko sedang membereskan rak buku dongeng lamanya yang berdebu, tangannya menyentuh sesuatu yang keras di balik sampul buku "Kumpulan Dongeng Petualangan Hutan". Ternyata itu adalah sebuah peta tua, digulung rapi dan diikat dengan benang usang. Peta itu terlihat kuno, dengan gambar pohon-pohon besar, gunung kecil, dan sungai berliku. Di salah satu sudut peta, ada tulisan tangan yang berbunyi: "Harta Karun Pelangi".
Mata Kiko berbinar-binar. "Ciki, lihat!" bisiknya penuh semangat sambil menunjukkan peta itu kepada Ciki. Ciki mengeong penasaran, mencium-cium kertas peta yang kekuningan. Ini adalah petualangan impian Kiko!
Keesokan paginya, setelah sarapan, Kiko menyiapkan ransel kecil berisi bekal roti, botol air, dan senter mungil. Ciki sudah duduk manis di dekat pintu, ekornya bergoyang-goyang tidak sabar. Mereka berdua mengikuti peta, keluar dari halaman belakang dan masuk ke pinggir hutan kecil di dekat desanya.
Langkah pertama adalah melintasi Hutan Cemara. Pohon-pohon cemara yang tinggi menjulang seolah menyambut mereka. Udara segar memenuhi paru-paru Kiko. "Peta ini bilang, kita harus mencari pohon dengan tiga cabang yang menunjuk ke arah timur!" seru Kiko membaca salah satu petunjuk. Ciki melompat ke depan, seolah membantu mencari. Tak lama, mereka menemukan pohon cemara besar dengan tiga cabang unik itu. "Ketemu!" pekik Kiko senang.
Mereka melanjutkan perjalanan, sampai akhirnya tiba di sebuah sungai kecil yang jernih. Airnya bergemericik lembut, dan ikan-ikan kecil berenang hilir mudik. Untuk menyeberang, Kiko harus melompati batu-batu besar yang timbul di permukaan air. "Hati-hati, Ciki!" Kiko mengingatkan. Ciki dengan lincah melompat dari satu batu ke batu lain, tak kalah cekatan dari Kiko.
Setelah menyeberangi sungai, peta menunjukkan mereka harus menemukan "Jalur Daun Merah". Kiko dan Ciki mencari-cari, sampai akhirnya mereka melihat sebuah semak dengan daun-daun merah cerah yang membentuk sebuah jalan setapak kecil yang tersembunyi. Mereka mengikutinya, semakin dalam, semakin terasa udaranya sejuk dan tenang.
Jalur itu berakhir di sebuah celah sempit antara dua batu besar yang ditutupi lumut. Kiko dan Ciki harus sedikit merunduk untuk melewatinya. Di baliknya, terlihat sebuah pemandangan yang membuat Kiko menahan napas. Mereka berdiri di sebuah ceruk tersembunyi. Di depan mereka, sebuah air terjun kecil mengalir lembut dari ketinggian, jatuh ke kolam bening di bawahnya.
Saat itu, matahari pagi bersinar menembus celah pepohonan, tepat mengenai percikan air terjun. Dan di sanalah, di antara butiran-butiran air, sebuah pelangi muncul! Warna-warni indah membentang melengkung, seolah jembatan dari mimpi. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu... semuanya bersinar terang.
"Harta Karun Pelangi!" Kiko berbisik takjub. Ia dan Ciki duduk di tepian kolam, terpesona oleh keindahan di depan mata mereka. Bukan emas atau permata yang mereka temukan, melainkan sebuah keajaiban alam yang luar biasa. Ciki mengusap-usapkan kepalanya di kaki Kiko, seolah ikut merasakan kebahagiaan.
Kiko belajar bahwa petualangan tidak selalu tentang menemukan barang berharga, tapi tentang menemukan keindahan yang tersembunyi, tentang keberanian untuk menjelajah, dan tentang kebahagiaan berbagi momen indah bersama sahabat setia. Mereka menghabiskan waktu di sana, menikmati pelangi dan suara air terjun, sebelum akhirnya kembali pulang dengan hati yang penuh kegembiraan dan kenangan indah. Petualangan mereka adalah harta karun yang tak ternilai.
Komentar
Posting Komentar