Di sebuah desa kecil di tepi sungai, malam menutup jalan dengan selimut sejuk. Bulan sabit rendah di langit, dan bintang-bintang berkelip seperti mata kecil yang menatap dari atas. Kiko, kura-kura pelan berwarna hijau, duduk tenang di batu dekat rumah kayu. Udara malam terasa damai dan lembut.
Rara, burung hantu kecil berwarna coklat muda dengan mata besar, melayang turun dari balik daun pintu rumah tetangga. 'Kiko, malam terasa panjang ya?' tanya Rara dengan suara lembut.
'Iya,' jawab Kiko pelan. 'Aku takut saat gelap menutup langit.'
Rara tersenyum. 'Ayo kita lihat bintang bersama. Nanti kita makan roti hangat dulu.'
Rara membawa roti hangat di atas daun besar. Mereka duduk dekat lampu minyak kecil yang bersinar lembut. Roti itu harum madu dan kehangatan memenuhi udara. Kiko membuka cangkang pelan-pelan dan menatap roti bersama temannya. Mereka membagi roti dengan hati-hati, satu potong untuk Kiko, satu potong untuk Rara.
'Lihat ke atas,' kata Rara sambil mengangkat sayapnya sedikit. 'Bintang-bintang seperti pelita kecil. Ada bulan sabit yang sabar menunggu di langit.'
Kiko mengangguk. Suara sungai yang mengalir dan hembusan angin membuat mereka merasa tenang. 'Aku masih sedikit takut, tapi aku tidak sendirian,' kata Kiko.
'Aku di sini,' jawab Rara. 'Kita lihat langit bersama, mari kita hitung: satu bintang, dua bintang, tiga bintang.' Mereka tertawa pelan dan merasakan kedamaian malam yang ramah.
Waktu berlalu dengan tenang. Kiko mulai merapatkan kakinya dan menutup mata sedikit demi sedikit. Rara menjaga jarak yang aman, menunggu hingga Kiko terlelap. Malam terasa hangat karena persahabatan mereka.
Dan di antara bisik sungai dan kilau bintang, mereka berdua akhirnya tidur, aman dan nyaman. Moralnya sudah jelas: ketika kita bersama teman, malam bisa terasa hangat dan aman.
Komentar
Posting Komentar