Kura-Kura dan Nasihat Ibu

Di sebuah desa yang asri, hiduplah seekor kura-kura bernama Kura. Kura ini dikenal suka bermain dengan teman-temannya di balai desa. Suatu hari, Kura dan teman-temannya, seperti si Burung Pipit dan si Kelinci, sedang berdebat tentang lomba lari.

“Aku pasti menang!” seru Kelinci dengan pongah. “Aku paling cepat!”

“Tidak, Pipit yang paling lincah!” balas Kura.

Mereka terus berdebat, saling membantah. “Aduh, ribut sekali kalian,” gumam seorang ibu desa yang sedang menjahit di dekat mereka.

Kura merasa kesal. Ia membela diri, “Ibu, Kelinci memang sombong! Dia selalu merasa paling hebat!”

Ibu desa tersenyum lembut. “Kura, dengarkan Ibu. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Yang penting, saling menghormati. Dan ingat, anakku, hormatilah orang tua. Mereka selalu ingin yang terbaik untukmu.”

Kura terdiam. Ia teringat nasihat ibunya, “Nak, janganlah membantah orang yang lebih tua. Dengarkanlah nasihat mereka, karena mereka lebih berpengalaman.”

Kura menunduk malu. Ia mendekati Kelinci dan Pipit. “Maafkan aku, teman-teman. Aku salah karena membantah kalian dan membantah Ibu desa. Ibu benar, kita harus saling menghormati.”

Kelinci dan Pipit tersenyum. “Kami juga minta maaf, Kura. Kita memang terlalu bersemangat.”

Mereka bertiga berjanji untuk tidak berdebat lagi dan saling mendukung. Kura pun pulang ke rumah dan memeluk ibunya. “Ibu benar, aku harus lebih menghormati Ibu dan orang yang lebih tua,” ucap Kura dengan tulus.

Sejak saat itu, Kura selalu ingat pesan ibunya dan menjadi kura-kura yang bijaksana dan sopan.

Komentar