Lili dan Pelangi di Hatiku

Lili adalah kelinci kecil yang sangat manis. Bulunya seputih salju dan matanya berbinar seperti bintang. Tapi, Lili punya satu rahasia: ia sangat pemalu. Setiap kali ada kegiatan di sekolah Kelinci Ceria, Lili selalu bersembunyi di balik telinga Mama Kelinci.

Minggu ini, sekolah mengadakan lomba mewarnai. Tema lombanya adalah “Pelangi”. Lili sangat suka mewarnai! Ia punya kotak pensil warna yang indah, hadiah dari Papa Kelinci. Tapi, setiap kali membayangkan ikut lomba, perut Lili terasa mulas.

“Aku takut, Mama,” bisik Lili sambil memeluk Mama Kelinci. “Warna-warnaku mungkin tidak sebagus warna teman-temanku. Bagaimana kalau gambarku jelek?”

Mama Kelinci tersenyum lembut. “Lili sayang, setiap orang punya cara mewarnai yang berbeda. Tidak ada yang namanya gambar jelek. Yang penting adalah kamu berani mencoba dan menuangkan perasaanmu ke dalam gambar.”

“Tapi, teman-teman seperti Rara dan Boni, mereka jago sekali mewarnai,” jawab Lili sedih.

“Rara dan Boni memang hebat, tapi mereka juga punya gaya mewarnai yang khas. Kamu juga punya gaya sendiri, Lili. Gaya yang unik dan indah. Ingat, pelangi itu indah karena punya banyak warna yang berbeda-beda, bukan karena satu warna yang paling sempurna.” Mama Kelinci mengusap kepala Lili dengan sayang.

Lili berpikir sejenak. Kata-kata Mama Kelinci membuatnya merasa sedikit lebih berani. Ia lalu membuka kotak pensil warnanya. Ia mulai mewarnai gambar pelangi. Ia tidak berusaha meniru cara Rara atau Boni. Ia mewarnai dengan caranya sendiri. Ia menggunakan warna-warna cerah yang ia sukai: merah jambu, ungu muda, dan biru langit.

Saat hari lomba tiba, Lili merasa sangat gugup. Jantungnya berdebar kencang. Tapi, ia ingat pesan Mama Kelinci. Ia memberanikan diri menyerahkan gambarnya kepada Bu Guru Kura-kura.

Rara dan Boni juga menyerahkan gambar mereka. Gambar mereka memang sangat bagus. Lili merasa sedikit minder, tapi ia tetap tersenyum.

Setelah semua gambar dinilai, Bu Guru Kura-kura mengumumkan pemenang. “Pemenang pertama adalah Rara! Pemenang kedua adalah Boni!”

Lili tidak menang. Tapi, ia tidak merasa sedih. Ia justru merasa lega karena sudah berani mencoba. Bu Guru Kura-kura menghampiri Lili dan memuji gambarnya. “Lili, gambarmu sangat ceria dan penuh warna! Kamu punya imajinasi yang hebat.”

Lili tersenyum lebar. Ia merasa bahagia. Ia menyadari bahwa yang terpenting bukanlah menang atau kalah, tapi keberanian untuk mencoba dan menerima diri sendiri apa adanya. Ia belajar bahwa setiap karya memiliki keunikan masing-masing, seperti pelangi yang indah dengan semua warnanya.

Sejak saat itu, Lili tidak lagi pemalu. Ia berani mencoba hal-hal baru dan selalu percaya pada dirinya sendiri. Ia tahu, di dalam hatinya, ia punya pelangi yang indah untuk dibagikan kepada dunia.

Komentar