Lomba Ketupat

Di sebuah desa pinggir sawah yang asri, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Budi. Budi sangat senang dengan hari Lebaran, terutama lomba membuat ketupat. Setiap tahun, anak-anak di desa mengadakan lomba membuat ketupat paling rapi dan paling besar.

Tahun ini, Budi punya sahabat bernama Rina. Rina juga sangat bersemangat mengikuti lomba. Namun, mereka berbeda pendapat tentang cara membuat ketupat. Budi ingin membuat ketupat yang besar sekali, sementara Rina ingin membuatnya dengan hiasan janur yang cantik.

“Ketupat besar itu baru hebat, Rin! Hiasan itu tidak penting,” kata Budi dengan nada sedikit meremehkan.

Rina tersenyum lembut. “Tapi, ketupat yang cantik juga menyenangkan, Bud. Orang-orang akan senang melihatnya,” balas Rina.

Mereka terus berdebat, sampai akhirnya Pak Kades datang menghampiri. “Kenapa kalian bertengkar?” tanya Pak Kades dengan bijaksana.

Budi dan Rina menjelaskan perbedaan pendapat mereka. Pak Kades tersenyum. “Dalam lomba, yang penting adalah semangat gotong royong dan menjaga tradisi. Kalian bisa membuat ketupat yang besar dan juga dihias dengan cantik. Bukankah itu lebih baik?”

Budi dan Rina saling pandang. Mereka menyadari bahwa Pak Kades benar. Mereka pun memutuskan untuk bekerja sama. Budi membuat ketupat yang besar, sementara Rina menghiasnya dengan janur yang indah. Hasilnya, ketupat mereka menjadi yang paling menarik perhatian.

“Wah, ketupatnya bagus sekali!” seru anak-anak yang lain.

Budi dan Rina tersenyum bangga. Mereka belajar bahwa perbedaan pendapat bisa diselesaikan dengan musyawarah dan kerja sama. “Rukun itu indah,” kata Budi pada Rina. Rina mengangguk setuju. Mereka berdua berjanji akan selalu menjaga persahabatan dan tradisi di desa mereka.

Setelah lomba selesai, semua anak berkumpul untuk menikmati ketupat bersama-sama. Suasana keakraban dan kebersamaan terasa begitu hangat. Budi, Rina, dan teman-temannya belajar bahwa menjaga tradisi itu penting, dan kerukunan adalah kunci kebahagiaan.

Komentar