Milo dan Kupu-Kupu Keberanian

Milo adalah seekor anak kucing yang lucu dan menggemaskan. Bulunya berwarna abu-abu lembut, dan matanya sebesar kelereng. Tapi Milo punya satu masalah besar: dia sangat pemalu! Setiap kali melihat kucing-kucing lain bermain di taman dekat rumahnya, Milo ingin sekali ikut. Dia ingin mengejar bola benang bersama, berguling-guling di rumput, dan bercerita tentang petualangan hariannya.

Namun, setiap kali Milo mendekat, rasa takutnya langsung muncul. Jantungnya berdebar kencang, mulutnya terasa kering, dan kata-kata seolah tersangkut di tenggorokannya. “Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?” pikir Milo. “Bagaimana kalau aku salah bicara?” Akhirnya, Milo selalu bersembunyi di balik semak mawar, mengamati teman-temannya dari jauh dengan sedih.

Suatu siang yang cerah, saat Milo sedang bersembunyi seperti biasa, seekor kupu-kupu cantik hinggap di daun mawar di dekatnya. Kupu-kupu itu memiliki sayap berwarna-warni yang berkilauan terkena sinar matahari. “Hai, Milo,” sapa kupu-kupu itu dengan suara lembut. Milo terkejut. Dia belum pernah berbicara dengan kupu-kupu sebelumnya!

“E-eh, hai,” jawab Milo gugup. Kupu-kupu itu tersenyum. “Aku tahu kamu pemalu, Milo. Aku sering melihatmu mengamati teman-temanmu dari balik semak ini.” Milo menunduk malu. “Aku ingin bermain dengan mereka, tapi aku takut,” bisik Milo.

Kupu-kupu itu mengepakkan sayapnya perlahan. “Takut itu wajar, Milo. Semua orang pernah merasa takut. Tapi, keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut, melainkan melakukan sesuatu meskipun kamu merasa takut. Coba bayangkan betapa serunya bermain bersama mereka. Persahabatan itu seperti taman yang indah, Milo. Semakin banyak teman, semakin indah taman itu.”

“Tapi bagaimana kalau mereka menolakku?” tanya Milo cemas.

“Milo, kucing-kucing itu pasti akan senang jika kamu mau bergabung. Mereka juga ingin punya teman baru. Coba saja sapa mereka dengan senyuman dan katakan ‘Hai, boleh aku ikut bermain?’ Itu saja. Jangan terlalu dipikirkan!” kata kupu-kupu itu dengan bijaksana.

Milo menarik napas dalam-dalam. Kata-kata kupu-kupu itu memberinya semangat. Dia memberanikan diri keluar dari balik semak mawar dan berjalan mendekati teman-temannya. Jantungnya masih berdebar, tapi kali ini ada sedikit harapan di sana.

“H-hai,” sapa Milo dengan suara pelan. “B-boleh aku ikut bermain?” Kucing-kucing itu menoleh dan tersenyum ramah. “Tentu saja, Milo!” jawab salah satu kucing. “Ayo kejar bola benang!”

Milo tersenyum lebar. Dia berlari mengejar bola benang bersama teman-temannya, tertawa riang. Dia merasa sangat bahagia. Akhirnya, dia bisa bermain dan berbagi kebahagiaan dengan kucing-kucing lain. Milo berterima kasih pada kupu-kupu yang bijaksana itu karena telah membantunya menemukan keberaniannya. Sejak hari itu, Milo tidak lagi pemalu. Dia selalu bermain dan tertawa bersama teman-temannya, dan taman dekat rumahnya menjadi semakin indah dengan persahabatan mereka.

Komentar