
Di sebuah kampung yang asri, hiduplah seekor kucing kampung bernama Oren. Oren punya bulu berwarna oranye cerah, tapi hatinya seringkali terasa kelabu. Ia selalu merasa tidak berguna. Kenapa? Karena setiap kali ada lomba berburu tikus, Oren selalu kalah. Kucing-kucing lain, seperti si Hitam yang lincah dan si Putih yang gesit, selalu pulang dengan tikus di mulut. Sementara Oren, hanya bisa menggaruk-garuk tanah dengan kecewa.
“Aku memang tidak berguna,” gumam Oren sambil menunduk. “Aku tidak bisa berburu seperti kucing-kucing lain.”
Suatu sore, langit kampung berubah menjadi kelabu. Hujan deras mengguyur tanpa henti. Air sungai meluap, membanjiri ladang dan rumah-rumah. Semua hewan kampung panik. Ayam berlarian kesana kemari, bebek berenang dengan cemas, dan kelinci-kelinci kecil bersembunyi di balik semak-semak.
“Aduh, banjir besar!” teriak Pak Kancil sambil memeluk anak-anaknya. “Kita harus cari tempat yang tinggi!”
Namun, air terus naik. Anak-anak hewan, seperti anak ayam, anak bebek, dan anak kelinci, mulai ketakutan dan terancam hanyut. Mereka memanjat pohon, tapi ranting-rantingnya terlalu rendah dan air terus mengejar.
Tiba-tiba, Oren melihat anak-anak hewan yang kesulitan. Ia teringat, Oren sangat pandai memanjat pohon! Sejak kecil, ia sering berlatih memanjat pohon mangga di dekat rumahnya. Tanpa ragu, Oren berlari menuju pohon tertinggi di kampung itu, pohon beringin yang kokoh.
Dengan lincah, Oren memanjat pohon beringin. Ia memanjat semakin tinggi, hingga mencapai dahan yang kuat. Satu per satu, anak-anak hewan yang ketakutan diangkat Oren ke dahan pohon. Anak ayam, anak bebek, dan anak kelinci berpegangan erat pada bulu Oren, merasa aman dan nyaman.
Kucing-kucing lain, termasuk si Hitam dan si Putih, terkejut melihat kemampuan Oren. Mereka membantu mengarahkan anak-anak hewan yang masih berada di bawah pohon.
Setelah semua anak hewan berada di tempat yang aman, hujan akhirnya reda. Banjir mulai surut. Semua hewan kampung bersorak gembira, berterima kasih kepada Oren.
“Oren, kamu hebat!” kata Pak Kancil sambil mengangguk-angguk. “Kamu telah menyelamatkan anak-anak kami!”
Oren tersenyum lebar. Ia merasa bahagia dan bangga. Ia menyadari, meskipun ia tidak pandai berburu tikus, ia memiliki kelebihan lain, yaitu kemampuan memanjat pohon yang sangat baik. Sejak saat itu, Oren tidak lagi merasa tidak berguna. Ia tahu, setiap hewan, setiap orang, memiliki kelebihan masing-masing. Yang penting adalah menyadari dan menghargai diri sendiri.
Oren si kucing kampung, kini dikenal sebagai Oren si Pendaki Tangguh, pahlawan kampung yang selalu siap membantu.
Komentar
Posting Komentar