
Di sebuah desa yang asri, hiduplah seekor kancil bernama Kiko. Kiko dikenal sebagai hewan yang cerdik dan suka bermain. Suatu hari, Kiko melihat pohon mangga yang buahnya sangat lezat. Pohon itu berada di tengah ladang Pak Tani, seorang petani yang baik hati.
“Wah, mangganya kelihatan manis sekali!” gumam Kiko. Namun, Pak Tani sedang tidak ada di ladang. Kiko berpikir, “Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan mangga itu?”
Tiba-tiba, Kiko melihat seekor burung camar bernama Cika sedang bertengger di atas pohon bambu. “Cika, bisa tolong aku?” tanya Kiko. “Aku ingin sekali makan mangga, tapi pohonnya terlalu tinggi.”
Cika yang ramah menjawab, “Tentu saja, Kiko! Aku akan membantumu.” Cika terbang ke pohon mangga dan memetik beberapa buah mangga yang matang. Ia kemudian menjatuhkan mangga-mangga itu ke dekat Kiko.
Kiko sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih kepada Cika. Saat itulah, ular sanca bernama Ule datang mendekat. Ule melihat Kiko dan Cika. “Hai, Kiko! Hai, Cika! Kalian sedang apa?” tanya Ule dengan nada yang mencurigakan.
Kiko menjawab dengan sopan, “Kami sedang menikmati mangga, Ule.”
Ule menyeringai. “Aku juga ingin! Beri aku beberapa!” Ule mencoba menyelinap mendekat. Namun, Kiko dan Cika saling pandang dan tahu bahwa Ule tidak bisa dipercaya.
Kiko dengan cepat berkata, “Maaf, Ule. Mangga ini hanya sedikit. Kita bisa bersama-sama mencari mangga di tempat lain, ya?” Kiko mengajak Cika untuk pergi, meninggalkan Ule yang merasa kesal.
Setelah jauh dari Ule, Kiko dan Cika tertawa bersama. Mereka belajar bahwa gotong royong itu indah, tetapi harus berhati-hati dalam memilih teman. Mereka juga belajar untuk selalu bersikap sopan dan jujur.
Pak Tani yang melihat kejadian itu dari kejauhan tersenyum. Ia senang melihat Kiko dan Cika saling membantu dan menjaga satu sama lain. Ia tahu, desa mereka akan selalu damai dan penuh kebersamaan.
Komentar
Posting Komentar